kd. Ondel-Ondel
‘Ondel-Ondel’
Kesenian Betawi
yang Makin Punah
“Yok
kita nonton ondel-ondel yok, dungdung treettreet dungdungdung”
Bunyi alat musik tanjidor, pencak Betawi,
bende, ningnong, rebana dan ketimpring terdengar jelas di telingaku. Bunyi
nyanyian Pak Mamat, Pak Udin, Pak Saleh seakan tak asing lagi di telingaku. Aku
yang mendengar adanya pertunjukan ondel-ondel ini langsung berlari ke luar
rumah. Biasanya, setiap jam empat sore ini para pemain ondel-ondel selalu
memberi pertunjukan yang cuma-cuma untuk penduduk kampung krukut.
“Eh,
ada Neng Dina” sapa Pak Mamat.
“Iya
pak” Jawabku dari dalam pagar.
“Kenapa
Pak Mamat terlihat murung hari ini?” sambung Dina.
“Iya
nih neng, saya bingung” jawab pak Mamat.
“Bingung
kenapa pak?” Tanya Dina.
“Mulai
besok saya tidak ikut ngiring
ondel-ondel lagi Neng, selain itu, ondel-ondelnya juga akan dibeli orang” Jawab
pak Mamat, bersedih.
Dina tak mampu mengucap sepatah kata
apapun. Dina hanya bisa terdiam.
“Saya juga jadi ikut sedih, pak. Gimana
kalau kita semua bikin odel-ondel bersama-sama, lalu, kita membuatnya di rumah
saya pak, lagipula, saya juga ingin tau cara membuat ondel-ondel. Gimana pak?
Nanti saya yang nyiapin
bahan-bahannya deh” Rayuku.
Pak Mamat yang tadinya murung, sekarang
menjadi bahagia.
“Oke deh Neng, jadi kita buat
ondel-ondelnya besok ya? Deal?” Jawab
pak Mamat.
“Hehehe, deal pak! Lagipula, besok kan hari Minggu” Jawabku bersemangat.
“Sampai bertemu besok ya, Neng” Lanjut
Pak Mamat.
“Yok kita nonton ondel-ondel yok,
dungdung treettreet dungdungdung”
Suara itu perlahan meninggalkanku,
dalam kesunyian senja. Aku kembali masuk ke dalam rumah, tak sabar menanti hari
esok,
***
“Kukuruyuuukkk pethok pethok” suara ayam
tetanggaku membangunkanku, membangunkan semangatku, dan membangunkan
kesadaranku dari mimpi di tidurku.
Aku segera melaksanakan sholat subuh
bersama dengan bapak, enyak, dan adik laki-lakiku. Setelah itu, aku membersihkan
rumahku yang kecil ini. Lalu, aku segera pergi ke warung Bu Nunung untuk
membeli barang-barang yang digunakan untuk membuat ondel-ondel.
Rumah Bu Nunung tak jauh dari rumahku,
mungkin sekitar sepuluh langkah saja.
“Assalamu’alaikum, Bu Nunung”
“Waallaikum salam. Eh, ada Neng Dina, ada
apa neng? Mau beli apa?” Jawab Bu Nunung.
“Saya mau beli barang-barang yang biasanya
dibeli sama Pak Mamat Bu” jawabku.
“Oh, ayaman bambu, topeng, ijuk, kertas
warna-wari, cat warna merah dan putih, bubur merah putih,
rujak-rujakan tujuh rupa, bunga-bungaan tujuh macam, asap kemenyan, ya Neng?”
Tanya Bu Nunung.
“Ya itulah bu, saya juga gak tau, hehe”
Jawabku.
“Yaudah, saya ambilin dulu ya barangnya.
Kamu tunggu di sini ya Neng” Bu Nunung menyuruhku untuk menunggunya.
Setelah lima menit, Bu Nunung kembali
dengan barang-barang yang sudah disebutkannya tadi.
“Semuanya lima puluh lima ribu, ya Neng”
Suara Bu Nunung mengagetkanku.
“Iya bu, ini uangnya”
Lalu, aku berpamitan pulang.
***
Ternyata, setelah aku sampai di rumah, Pak
Mamat dan teman-temannya sudah berada di rumah dan sedang bercakap-cakap dengan
bapakku.
“Assalamu’alaikum” Sapaku sambil masuk
rumah, dan menyalimi satu-persatu bapak-bapak yang menjadi idolaku tersebut.
“Eh neng Dina, sudah beli peralatannya, ya
Neng? Wahh.. Terima kasih Neng” Pak Udin memulai percakapan.
“Hehehe, iya nih pak.” Jawabku.
Lalu, aku menaruh peralatannya dan masuk ke
dalam dapur, dan membantu enyakku menyiapkan minuman, dan enyakku menyuruhku
untuk memberikan minuman ini kepada bapak-bapak yang ada di ruang tamu. Aku
menganatarkan minumannya.
***
“Ini pak, silahkan diminum” Kataku.
“Makasih neng” Jawab Bapakku, Pak Mamat,
Pak Udin, dan Pak Soleh bersamaan.
“Ayo neng, kita buat sekarang
ondel-ondelnya” Sahut Pak Soleh.
“Ayoo!” Jawabku bersemangat.
***
“Jadi, pertama kita harus menyiapkan bubur
merah putih, rujak-rujakan tujuh rupa, bunga-bungaan tujuh macam, dan asap
kemenyan yang tujuannya adalah agar roh yang mendiami ondel-ondel tersebut
adalah roh yang baik.” Jelas Pak Mamat yang sedang menyiapakan peralatannya.
Aku menganguk-angukan kepala.
“Terus, pembuatan ondel-odel ini biasanya dari sehari sampai
tiga minggu lho neng. Tergantung basarnya ondel-ondel yang kita buat.” Terang
Pak Udin.
“Oohh..” Jawabku sambil menganggukkan kepala.
“Oh ya, neng. Kesenian ini sudah lama lho, tapi, ada seorang
pedagang dari Inggris, kalo gak salah
namanya W. Scot itu nulis di bukunya
tentang kesenian ini tahun 1605 Neng” Jelas Pak Mamat.
“Biasanya, ondel-ondel ini punya tinggi samapi dua setengah
meter lho, Neng. Kalo diameter tengahnya itu sekitar delapan puluh centimeter.”
Sambung Pak Udin.
“Ooh, jadi gitu ya pak..” Jawabku sambil menganggukan
kepala.
“Kamu buat rambutnya aja ya neng, karena gampang. Cuma
tinggal melilitkan kertas warna-warni ke ijuknya, oke? Bisa kan neng?” Tanya
Pak Soleh.
“Oke pak, bisa” Jawabku bersemangat.
Aku melilitkan kertas warna-warni.
“Neng, biar kita bertiga aja ya, yang menyelesaikan ini
semua. Kelihatannya ini lama deh, sekitar dua mingguan. Kamu yang menyelesaikan
rambutnya aja ya?” Tanya Pak Mamat.
“Yah, yaudahlah pak, makasih ya” Jawabku.
“Justru kami yang berterima kasih sama kamu Neng, wong kamu yang belikan ini semua kok, hehe” Jawab Pak Soleh.
“Iya deh, sama-sama” Jawabku.
***
Dua minggu telah berlalu, ondel-ondel yang kami buat telah
rampung. Alhamdullilah, Pak Mamat, Pak Soleh, dan Pak Udin kembali dapat
menghibur penduduk kampung krukut. Alhamdullilah pula, ondel-ondel ini
keberadaannya masih ada, yaitu di kampung krukut.
-
Keterangan :
Ide
pokok cerpen ‘Ondel-Ondel’ Kesenian Betawi yang Makin Punah.
-Orientasi-
1. Paragraf
1 : Bunyi alat music pertunjukan ondel-ondel.
2. Paragraf
2 : Pertunjukan ondel-ondel di Kampung Krukut.
3. Paragraf
3 : Sapaan Pak Mamat kepada Neng Dina.
4. Paragraf
4 : Neng Dina menjawab sapaan Pak Mamat.
5. Paragraf
5 : Dina menanyakan keadaan Pak Mamat yang murung.
6. Paragrf
6 : Pak Mamat merasa bingung.
7. Paragraf
7 : Dina menanyakan penyebab Pak Mamat merasa bingung.
8. Paragraf
8 : Ondel-Ondel Pak Mamat akan dijual dan ia tidak akan melakukan pertunjukan
ondel-indel lagi.
9. Paragraf
9 : Dina terdiam.
10. Paragraf10
: Dina merayu Pak Mamat.
11. Paragraf
11 : Pak mamat merasa bahagia.
12. Paragraf
12 : PakMamat mengusulkan pembuatan ondel-ondel besok.
13. Paragraf
13 : Dina menyetujuinya.
14. Paragraf
14 : Pak mamat mengucapkan salam perpisahan.
15. Paragraf
15 : Alat musik pengiring ondel-ondel dibunyikan.
16. Paragraf
16 : Dina masuk ke rumahnya.
-Komplikasi-
17. Paragraf
17 : Suara ayam tetangga dina membangunkannya.
18. Paragraf
18 : Dina melaksanakan kegiatannnya di pagi hari.
19. Paragraf
19 : Rumah Bu Nunung tak jauh dari rumah Dina.
20. Paragraf
20 : Dina mengucap salam.
21. Paragraf
21 : Bu Nunung menjawab salam Dina.
22. Paragraf
22 : Dina ingin membeli barang.
23. Paragraf
23 : Bu Nunung menanyakan barang yang akan dibeli Neng Dina.
24. Paragraf
24 : Dina mengiyakan pertanyaan Bu Nunung.
25. Paragraf
25 : Bu Nunung mengambilkan barangnya.
26. Paragraf
26 : Bu Nunung kembali menemui Dina.
27. Paragraf
27 : Bu Nunung memberitahu harga barang yang dibeli Dina.
28. Paragraf
28 : Dina memberikan uang kepada Bu Nunung.
29. Paragraf
29 : Dina berpaitan pulang.
30. Paragraf
30 : Pak Mamat dan kawannya sudan di rumah Dina.
31. Paragraf
31 : Neng Dina mengucap salam.
32. Paragraf
32 ; Pak Udin memulai percakapan.
33. Paragraf
33 : Dina menjawab pertanyaan Pak Udin.
34. Paragraf
34 : Dina mengantarkan minuman yang telah dibuat oleh Enyaknya.
35. Paragraf
35 : Neng Dina menyerahkan minuman.
36. Paragraf
36 : Pak Mamat, Pak Udin, Pak Sholeh berterima kasih kepada Dina.
37. Paragraf
37 : Pak Sholeh mengajak untuk membuat ondel-ondel.
38. Paragraf
38 : Dina mengiyakannya dengan bersemangat.
39. Paragraf
39 : Pak mamat menyiapkan peralatannya.
40. Paragraf
40 : Dina Menganggukan kepalanya.
41. Paragraf
41 : Pak Udin menjelaskan pembuatan ondel-ondel.
42. Paragraf
42 : Dina menganggukan kepalanya lagi.
43. Paragraf
43 : Pak Mamat menjelaskan kesenian ondel-ondel
dimulai pada tahun 1605.
44. Paragraf
44 : Pak Udin menyambung penjelasan Pak Mamat.
45. Paragraf
45 : Dina menganggukan kepala sekali lagi.
46. Paragraf
46 : Pak Sholeh menyuruh Dina membuat rambut ondel-ondel.
47. Paragraf
47 : Dina bersemangat.
48. Paragraf
48 : Dina melilitkan kertas warna-warni untuk membuat rambut ondel-ondel.
49. Paragraf
49 : Pak Mamat mengusulkan agar beliau menyelsaikan pembuatan ondel-ondel.
50. Paragraf
50 : Dina mengiyakan.
51. Paragraf
51 : Pak Sholeh berterima kasih kepada Dina.
52. Paragraf
52 : Dina menjawab rasa terimakasih Pak Sholeh.
-Resolusi-
53. Paragraf
53 : Di Kampung Krukut kembali ada pertunjukan ondel-ondel.
1) Berdasarkan
karangan kamu, pada bagian ini kamu diminta mengidentifikasi kalimat sederhana
atau kalimat tunggal dan kalimat majemuk atau kalimat kompleks. Sebelrm kamu
mengerjakan, kamu perhatikan contoh berikut ini!
1. Kalimat
tunggal ( Candi Prambanan)
1. Dia
mengutuk para gadis di sekitar Prambanan.
2. Beliau bertakhta di Prambanan.
3. Prabu Baka meninggal di medan
perang.
4. Bandung Bondowoso menempati Istana
Prambanan.
|
2. Kalimat
tunggal ( ‘Ondel-Ondel’ Kesenian Betawi yang Makin Punah )
1. Aku mengantarkan minumannya
2. Aku mengganguk-anggukan kepala
3. Aku melilitkan kertas warna-warni
|
3. Kalimat
majemuk ( Candi Prambanan)
1. Raja ini
seorang raksasa yang menakutkan dan besar kekuasaannya.
2. Syaratnya
adalah supaya dia dibuatkan seribu candid an dua sumur yang dalam.
3. Segera
gadis-gadis dibangunkan dan disuruh menumbuk padi di lesung serta menaburkan
bunga-bungaan yang harum, roh-roh halus menghentikan perkerjaan mereka karena
mereka kira hari sudah siang
|
4. Kalimat
majemuk ( ‘Ondel-Ondel’ Kesenian Betawi yang Makin Punah )
1. Biasanya,
setiap jam empat sore ini para pemain ondel-ondel selalu memberi pertunjukan
yang cuma-cuma untuk penduduk kampung krukut.
2.
Ternyata, setelah aku sampai di rumah, Pak Mamat dan teman-temannya sudah
berada di rumah dan sedang bercakap-cakap dengan bapakku.
3.
Lalu, aku segera pergi ke warung Bu Nunung untuk membeli barang-barang yang
digunakan untuk membuat ondel-ondel.
|
2) Untuk
lebih memahami teks tersebut, kamu uga diminta mengenali makna kata. Setiap
makna kata mempunyai maknanya sendiri. Untuk pengenalan makna kata, kamu dapat
mendeskripsinya sendiri atau mencarinya dalam kamur. Untuk itu, dalam tugas ini
kamu diminta mencari makna kata-kata yang ada di dalam tabel berikut. Kata-kata
ini diambil dari teks-teks itu.
No.
|
Kata
|
Makna kata
|
1.
|
pinangan
|
kb. permintaan
hendak berinstri; lamaran.
|
2.
|
candi
|
kb. bangunan
kuno sebagai tempat ibadah atau perabuan raja-raja jaman dahulu.
|
3.
|
lesung
|
kb. tempat
menumbuk padi terbuat dari kayu balok menyerupai perahu.
|
4.
|
arca
|
kb. patung
dari batu atau kayu.
|
5.
|
konon
|
kt. agaknya,
gerangan; barangkali; mengkin; istimewa pula, apalagi.
|
6.
|
kutuk
|
kb. sumpah;
biasanya dilakukan pada saat hati sakit hati.
|
7.
|
takdir
|
kb. ketetapan
Tuhan; ketentuan Tuhan
|
8.
|
raksasa
|
kb.
makhluk menyerupai manusia berbadan tinggi dan besar; buta (dalam
pewayangan); sesuatu yang sangat besar dan tinggi.
|
9.
|
takhta
|
kb.
tempak duduk (raja)
|
10.
|
sakti
|
ks.
Kebal terhadap senjata tajam atau mantra-mantra; kesaktian; bertuah; mempunyai
kekuatan gaib (tentang benda pusaka, dsb); keramat.
|
Singkatan-singkatan :
ks. : kelas kata yang menjelaskan nomina
atau pronominal
kb.: kata benda atau nomina
kt. : kelas kata yang menunjukkan verba,
adjektiva, adverb lain, atau kalimat
p. : partikel yang meliputi kata depan,
frase preposisional, kata sambung, kata seru, kata sandang, ucapan
salam
kk. : kelas kata yang menerangkan verba,
yaitu kata kerja
Komentar
Posting Komentar